Posts

Showing posts from March, 2012

Mencicipi Nuansa Jepang di Animaku no Hibi 3

Image
numpang narsis Ohayo gozaimasu minna san… Selamat datang di Animaku no Hibi 3 @ STAN expo 2012.. Yang belum tahu apa itu Animaku no Hibi, bisa lihat tentang detil acara ini di sini . Dari namanya sudah ketahuan ya kalau acara ini adalah salah satu acara bernuansa jejepangan. Animaku no Hibi 3 adalah sebuah festival kebudayaan Jepang yang merupakan salah satu acara dari rangkaian acara Departemen Seni dan Budaya BEM STAN. Berhubung aku ini penyuka jejepangan, tentu aku tak melewatkan acara ini. Apalagi acara ini diselenggarakan di kampusku, yang letaknya tak jauh dari tempat tinggalku. Jadi sekalian bernostalgia.. hehe.. Oke, tak perlu berpanjang lebar lagi, mari simak liputanku tentang acara ini ya. Apa saja yang ada di Animaku no Hibi ini? Yuk, kita lihat satu per satu ^_^ Stan pernak pernik Jepang Begitu masuk ke dalam lokasi acara, kami langsung disambut oleh stan-stan penjual pernak pernik Jepang yang berjejer rapi. Bermacam-macam benda lucu-lucu khas negeri Sakura,

Negeri 5 Menara: Novel vs Film

Image
Sejak film Negeri 5 Menara ini tayang perdana, aku sudah penasaran ingin nonton. Tapi berhubung tak ada partner yang oke buat nonton, akhirnya tertunda-tunda. Inginnya sih nonton bareng suami, tapi suamiku tak berminat. Sepertinya dia berpendapat, film Indonesia kebanyakan tidak bermutu. Aku maklum, karena film-film Indonesia yang beredar saat ini memang kurang sedap ditonton, dibandingkan dengan film-film dari luar. Tapi film Negeri 5 Menara ini tidak seperti film-film Indonesia kebanyakan. Film yang diangkat dari sebuah novel ini, memang sarat makna dan pelajaran hidup. Aku sudah sangat tahu ceritanya, karena aku sudah membaca novelnya. Dan novel Negeri 5 Menara termasuk novel terbaik yang pernah aku baca. Sangat inspiratif, menggugah, dan menyentuh hati. Itulah yang membuatku penasaran dengan filmnya, aku berharap filmnya juga sebagus novelnya. gambar dari sini  Akhirnya akhir pekan kemarin, aku berdua dengan Lita, putriku, memutuskan nonton film ini. Kebetulan sebelumnya Lita

Weekend di Pantai Anyer

Image
Setelah seminggu full membanting tulang *halah kok lebay :D*, waktu akhir pekan adalah saat yang kunanti-nanti untuk memulihkan jiwa dan raga. Seperti akhir pekan kemarin, aku sudah berencana menghabiskan Sabtu Minggu hanya dengan bermalas-malasan dan tiduran saja, pokoknya doing nothing lah. Tapi rencana itu terpaksa harus aku batalkan karena suami dan anak-anakku berkehendak lain. Suamiku mengajak kami ke pantai. Kelihatannya seru ya? Tapi karena aku sedang tidak fit, jadinya aku agak kurang bersemangat. Belum lagi urusan packing-packing yang cukup membuatku repot. Tapi melihat anak-anakku yang begitu bersemangat diajak ke pantai, maka mau tak mau aku harus bersemangat juga. Apalagi aku ingat kata seorang psikolog, bahwa otak anak-anak itu akan sangat aktif ketika mereka beraktifitas di alam bebas, dibanding jika mereka hanya diam di rumah, menonton televisi atau hanya main game saja. Okelah, memang aku harus membawa mereka ke alam bebas. Lets go to the beach!  Pantai Anyer adalah

Dikejar Waktu

Image
Menjadi ibu bekerja yang tidak mempunyai asisten rumah tangga, sungguh melelahkan bagiku. Urusan rumah dan pekerjaan di kantor harus bisa ku handle sendiri. Dan managemen waktu adalah hal yang paling penting dalam hal ini, agar semua urusan bisa kutangani dengan baik. Selama tidak ada asisten, biasanya aku tiap hari bangun pukul 04.00 pagi. Dengan bangun jam segitu, aku mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan semua, termasuk memasak, menyiapkan sarapan, menyiapkan bekal anak-anak, mencuci piring, menyapu lantai, mandi, dandan, dan berbenah diri untuk berangkat ke kantor pada pukul 5.45 pagi. Alhamdulillah, walaupun cukup melelahkan tapi beberapa hari ini aku lumayan berhasil menerapkan managemen waktuku ini. Tapi tidak pagi ini. ***** “Ma, bangun ma.. “ dengan lembut suamiku membangunkanku pagi ini. Refleks aku membuka mata dan melirik jam di dinding. “Hah! Udah jam 5.20! Aduuuh.. aku kesiangan!” pikirku dengan panik. Buru-buru aku loncat dari tempat tidur, dan langsung berla

Menjelang Kepergiannya

Image
Mataku terpaku ke layar monitor, di kanan kiriku berserakan berkas-berkas yang harus kuselesaikan. Maksud hati memang ingin membereskan semuanya secepat mungkin, tapi otakku tak bisa diajak kerja sama. Walaupun sudah berkali-kali membuka-buka berkas, tetap saja pikiranku tak bisa fokus. Ooh.. beginikah rasanya galau? Resah, takut, bimbang, dan gamang. Saat dia mengatakan akan mengakhiri semuanya, sebenarnya aku tak rela. Aku merasa seperti dibuang begitu saja. Tak pernahkah dia memikirkan bagaimana diriku ini tanpanya. Tak pernahkah dia berpikir bahwa aku sudah terlalu bergantung padanya. Bertahun-tahun kami saling mendukung dan melengkapi. Dan kini dia akan pergi, demi meraih kebahagiaannya sendiri. Lalu bagaimana denganku..?  Aku masih saja dirundung pilu, terpuruk di pojok kubikelku, menyembunyikan perasaan sendu. Ingin rasanya menahannya pergi, tapi bagaimana lagi? Aku tak punya hak apa-apa atas dia. Aku bukan siapa-siapanya. Sungguh egois jika aku memaksanya tetap di sisiku. Ing