Kejujuran yang Tergadaikan
“Ting!” sebuah sms masuk ke ponselku pagi itu. Ah, dari adikku. Kami memang tinggal terpisah. Dia masih di kampung bersama orangtuaku, dan aku mengadu nasib di Jakarta. Jadi komunikasi antara kami hanya lewat telpon dan sms, atau sekali-sekali lewat facebook. Dan tak lama kemudian mengalirlah sebuah percakapan antara kami melalui sms. Adikku : “Mbak, hasil UNku jelek :(” Aku : “Dah keluar hasilnya? Emang berapa aja nilainya?” Adikku : “Udah. Yang bagus cuma bahasa Inggris ma bahasa Indonesia” Aku : “Ya udah, ga usah disesali. Rata-rata masih 7 kan?” Adikku : “Rata-rata 7,5. Itu 100% jujur, tanpa bumbu kunci. Aku berani bersumpah, nyawa taruhannya” Aku : “Loh bukannya emang sudah seharusnya jujur. Jadi ya nggak usah disesali. Kamu dah melakukan yang terbaik, dan berusaha maksimal” Ada yang aneh kurasakan saat ...