Mama Jangan Mati

Kemarin malam sebelum berangkat tidur, tiba-tiba Ariq berkata "Kalau Ariq udah gede, Ariq mau kerja kaya' mama".
"Iya nak" jawabku.
"Tapi kalau Ariq udah gede, berarti Mama udah tua donk"
"Ya iyalah"
"Kalau mama tua, berarti mama bentar lagi mati donk"

Jleb! Mati. Dari bibirnya yang mungil, Ariq mengingatkanku akan kematian. Yah, memang normalnya manusia mati di saat sudah tua. Tapi banyak pula manusia mati tanpa harus menunggu usia tua tiba. Termasuk manakah diriku ini? Tak ada yang tahu. Berapa lama lagi aku menikmati dunia? Tak pernah ada petunjuknya. Hanya Allah yang yang menyimpan rahasia.

Kuhitung-hitung usiaku kini, dan kuperkirakan kapan aku akan mati. Kalau aku mengikuti siklus normal kehidupan manusia, kemungkinan masa hidupku tinggal tiga puluh tahunan lagi. Tiga puluh tahun bukan masa yang lama. Buktinya, usiaku sekarang sudah kepala 3, tapi rasanya baru kemarin aku masuk TK. Baru kemarin rasanya aku meringkuk nyaman dalam gendongan ibuku. Ternyata tiga puluh tahun itu waktu yang singkat.

Lalu apa yang bisa aku lakukan dengan tiga puluh tahun yang tersisa? Apa aku masih saja berkutat dengan pekerjaan kantor yang menguras waktu dan energi, sehingga waktu untuk keluarga sangat kurang? Atau malah mengejar duniawi, hingga melupakan kehidupan akhirat? Bagaimana dengan anak-anakku? Mampukah aku mendampingi mereka dan mengantarkan mereka ke kehidupan yang lebih baik? Mampukah aku mendidik anak-anakku menjadi manusia yang berguna, hanya dengan tiga puluh tahun yang tersisa?

Rasanya waktu yang ada sangat kurang untuk semua itu. Padahal itu perkiraan normal usia matiku nanti. Bagaimana kalau ternyata aku termasuk yang tidak normal, alias mati lebih cepat dari perkiraan di atas? Bagaimana kalau dua puluh atau sepuluh tahun lagi aku mati? Siapkah? Atau bagaimana kalau tahun depan atau besok aku mati? Apa yang bisa aku lakukan? Aku tak punya bekal apa-apa untuk kehidupan di akhirat. Aku juga belum memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk dunia yang kutinggalkan.

Sayangnya, kematian itu tak mengenal kompromi. Siap atau tidak, jika sudah waktunya, aku tak bisa mengelak. Bagaimanapun aku mencari alasan, tetap tak bisa mengundur kematian.

"Mama..." suara Ariq mengusik lamunanku.
"Mama jangan mati.. Aku nggak mau pisah sama mama" kata Ariq dengan wajah sedih. Aku hanya bisa tersenyum, dan tak mampu menjawab kata-katanya.
Tiba-tiba Lita menyahut "Ariq... Mana bisa mama nggak mati. Semua manusia itu bakal mati. Kita semua pasti mati nanti"

Benar, semua makhluk yang hidup pasti akhirnya mati. Jika ingat itu, masihkah aku bisa membanggakan diri, sementara kematian selalu mengintai. Setiap detik waktu yang bergulir, semakin mendekatkanku pada kematian. Sadarlah manusia, kita semua sedang mengantri untuk mati...

Comments

  1. Hua ngomongin mati ditanggal yang sangat tua buatku *glek, gajian dah dari 25 kemarin rasanya kepingin gajian lagi. Ariq Ariq...ada ada saja * mama semakin cantik lo di usia tuanya nanti.

    Hihii

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah segernya yg udah gajian.. kantongku kering kerontang nih mak.. belum gajian.. hahaa..
      Bgitulah anak2.. malah td sempet nanya lg "Mama, mati itu rasanya gimana sih?"
      duuh pusing njwbnya.. Aku blg aja "ga tau nak, mama kan blm pernah mati" *jiaah, jawaban apa pula ituu? hihihi

      Delete
    2. Kantong celana saya juga kering mbak kalo basah ya ga bakal saya pake ntar yang ada saya dikira ngompol lagi hehehe :D

      Delete
    3. wkwkwk... iya juga ya..
      maunya sih kering kerontang, tp tebal.. hihihi

      Delete
  2. Kuburan merupakan sebuah nasihat tuk kita bersama, disanalah nanti kita tinggal
    #istighfar

    ReplyDelete
    Replies
    1. ingat kuburan.. ingat mati..
      disanalah rumah masa depan kita..

      Delete
  3. sekali-sekali memang kitaharus ingat2 soal mati ya, mba hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya say, biar selalu rendah hati.. Apa gunanya sombong klo akhirnya mati juga.. hehehe

      Delete
  4. Gemetaran saya membaca tulisan mba Cova ini. Jari jemari saat mengetikan komen di sini juga masih gemetaran Mungkin terasa LEBAY, tapi its true. Kenyataannya demikian,. Sang Waktu berjalan sangat cepatnya. Kadang kita merasa begitu TERLAMBAT untuk memulai sesuatu yang selama ini SUDAH direncanakan namun selalu tertunda tunda

    Saya pun begitu. Dulu ada rencana ingin INI dan ITU, namun selalu ditunda tunda dan akhirnya selalu ditunda sedangkan sang Waktu akan terus berjalan. Setiap manusia Insya Allah akan menjadi TUA. Sekarang kita melihat nenek dan kakek kita (jika masih hidup), kelak suatu hari nanti kitalah yang menjadi KAKEK dan NENEK itu. Waktu akan terus berjalan, dan manusia hanya diberi kesempatan hidup HANYA SATU KALI

    Setiap waktu kini adalah KESEMPATAN. KEsempatan memperbaiki diri. KESEMPATAN beramal soleh. KESEMPATAN bersodakoh. KESEMPATAN berbuat baik. dan KESEMPATAN untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Marilah kita tatap masa depan kita semua dengan menggunakan sebaik mungkin setiap detik setiap menit dalam nafas kita sekarang ini. Kita belum terlambat untuk semua itu. Masih ada KEsempatan

    ReplyDelete
    Replies
    1. ga lebay kok mas. Aku jg gemeteran klo ingat mati. Kematian emang smakin dekat kan.
      Banyak yg aku rencanakan akhirnya musnah termakan waktu. Boro2 menjadi kenyataan, untuk mengusahakannya aja blm sempat. Sbnrnya bukan blm sempat sih. Tapi memang seringnya menyia2kan kesempatan... Nanti dululah.. besoklah.. kapan-kapan deh.. Pdhl kesempatan blm tentu datang 2 kali. Gimana kalau blm sempat ngapa2in, eh udah keburu mati.. :(
      Smoga waktu yg tersisa di dunia, bisa kita manfaatkan sebaik2nya.. amin

      Delete
    2. Wah jadi menginspirasi saya untuk membuat tulisan dari artikel ini
      Sudah tayang di blog hieiehiehiee

      Delete
  5. Jadi ingat anak saya juga pernah bilang, kalo kakak udah besar, ibu pasti udah tua, dan nanti mati. Sambil matanya berkaca2, anak saya melanjutkan bilang, jangan mati ya bu... hiks.. hiks...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa.. sama persis tuh ama anakku. Jd sedih ya mak.. Anakku sering tuh ngomong bgitu.. hiks. Sering bingung gmn menghiburnya.. :(

      Delete
  6. Baca tulisan ini jadi kangen ibuku he he

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku jg.. jd pengen pulang kampung.. hu hu

      Delete
  7. saya juga ikut merenung, hidup ini sampai kapan kita tidak pernah tau, cuma lebih nyaman beribadah seolah olah menjemput kematian. Seolah-olah detik kedepan kita mati. Pasti deh persiapannya lebih matang dan konsentrasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang seharusnya makin tua makin matang persiapannya. Soalnya kematian makin dekat. Tp seringkali urusan duniawi melupakan kita pd akhirat

      Delete
  8. judul seram Mama Jangan Mati.... menyimak dulu Gan,
    ditunggu kunjungan baliknya http://iklans-ukses.blogspot.com/
    thanks semoga hari-hari Gan menyenangkan..... lam kenal nya Gan

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih kunjungannya..
      salam kenal jg..
      hv a nice day ^^

      Delete
  9. merenung mbaaak... -,-
    saya juga suka mikir,kalau saya mati masih punya tanggungan anak gimana yaaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu dia. Sapa yg merawat anak2? Ga rela kalo anakku diasuh ibu tiri.. huhuhuuu

      Delete
  10. saya merinding banget membaca tulisan ini,,, sangat bermanfaat luas. mati bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tdk peduli kita siap atau tidak, dan kita sekarang antri mati, hmmm...
    makasih sharingnya sist, kunjungan perdana n salam kenal ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang sehrsnya kita sering2 ingat mati.. krn kematian itu pasti terjadi.. hehee
      makasih ya kunjungannya..
      salam kenal jugaaa.. ^^

      Delete
    2. Betul mbak dengan mengingat kematian mendorong kita untuk slalu bertaubat dan muhasabah atas kesalahan-kesalahan di masa lalu.

      Delete
    3. iya benar.. smoga ingatnya ga hanya sekali2 aja ya..

      Delete
  11. Assalamualaikum
    maaf kalau boleh saya kasih tambahan, sebenarnya hidup itu tidak cepat, hidup itu lama. coba pikirkan berapa lama penderitaan yg harus dijalani untuk menjadi orang sukses. berapa lama kesedihan yg kita lakukan, Berapa bnyak dan lama kita berdoa kepada sang Pencipta. berapa lama kita belajar utk menjadi pribadi yg baik, begitu juga dengan kebahagiaan yang berlangsung lama. SO, hidup itu lama jgn bilang hidup itu singkat. hanya saja kita yg selalu terburu2 ingin mendapatkan sesuatu seperti saat kita masuk SD kita ingin cepat2 SMP, Saat SMP ingin cepat2 Masuk SMA. ketika SMA ingin cpt2 kuliah. dan setelah kita dewasa, kita menginkan kembali ke masa kecil. jadi Maknanya hidup ini terasa cepat karena kita tidak bersyukur terhadap sesuatu yg diberikan Tuhan Kepada Kita. Jadi segeralah Bersyukur terhadap nikmat Tuhan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waalaikumsalam..
      mgkn krn faktor U alias umur yg tak muda lg, aku merasa hidup itu singkat. Dan aku ttp mengingat bahwa hidup itu tidak lama. Dgn bgitu aku tak lagi menunda2 untuk berbuat amal kebaikan. Bukan berarti tidak bersyukur, tp justru agar kita tidak lupa bahwa nikmat yg Allah berikan itu hrs kita syukuri dan manfaatkan sebaik2nya, sblm semuanya terlambat.
      Kok jd serius amat yak komennya... hehehe

      Delete
  12. oh ya Blognya sudah saya Follow. jgn lupa follow balik ya di FirdausQuotes.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih ya atas kunjungan 'n follownya..
      udah ku follow balik
      salam kenal
      'n happy blogging ^^

      Delete
  13. kematian dan usia ngga bisa diukur dengan umumnya rata-rata hidupnya manusia....
    ah...ngomongin soal kematian bikin saya sedih ah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kang lembu.. namanya jg perkiraan manusia, banyak ga benernya.. hehehe
      jgn sedih donk.. besok kan libur.. #ga nyambung

      Delete
  14. mikirin kalau bakal ditinggalkan oleh ibu itu memang sesuatu banget mbak

    ReplyDelete
  15. saya jadi sedih bacanya tentang kematian..hohoho

    selamat pagi dan apa kabar Mbak..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. sekali2 inget akherat.. hehehe
      Selamat sore.. Alhamdulillah kabarku baik..
      Nakusan apa kbr? makasih ya udah mampir ^^

      Delete
  16. Al-Qur`an menjelaskan bahwa kematian merupakan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Tak seorang pun mampu menghindari pertemuan dengan sang maut. Ketakutan dan kekhawatiran akan datangnya kematian, tak akan dapat menyelamatkan seseorang dari takdir Allah yang satu ini. Semua orang pasti akan mati, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah untuknya. Terimakasih mbak udah mengingatkan, oya izin follow blognya ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bener.. smua org takut mati, hrsnya takut jg berbuat maksiat.. hehe
      sama2 ya.. makasih kunjungannya "n follownya.. udah aku follback yah :)

      Delete
  17. Ok... ini posting yang serius juga buat aku.
    Semua insan yang hidup di dunia ini AKAN MATI. Tak ada yang bisa menghindarinya.
    Kita hanya bisa menjalani hidup tanpa perlu berpikir keras kapan kita akan mati, karena mati adalah salah satu keputusan prerogatif Allah.
    Cukup jalani hidup ini dengan sebaik-baiknya, dan perbanyak amal ibadah. Kurasa, mengejar duniawi itu boleh-boleh saja, asal jangan kebablasan...
    Demikianlah....


    Duhh aku jadi gak bisa bercanda di posting mbak cova nih hari ini....
    hehehehehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih dek indrayana atas komentarnya yg sangat bijaksana..
      Dan terima kasih masih inget ama blogku ini.. Ah kemanakah gerangan dirimu selama ini? Awas aja klo nikah ga ngundang2.. #eh :P

      Justru aku nunggu2 komenmu yg ga serius loh.. Hehehe

      Delete
  18. Jangan tertipu dengan usia muda, karena syarat mati itu ndak harus tua, jangan pula terperdaya dengan badan sehat, karena syarat mati itu ndak harus tua

    Idza ja'a ajaluhum layasta'khiruna sa'atan wala yaqdimun :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bnr ya. Tapi kok kita seolah masih aja heran kalau ada org masih muda, cakep & sehat, meninggal ya? Pdhl kan kematian ga memandang usia dan rupa

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berburu Benang Rajut di Pasar Asemka

Jenang Gulo.. Jangan Lupakan Aku

Siti Pembantu Seksi