Pesona Kota Tua Jakarta (1)

Kalau bicara tentang Jakarta, pasti yang terlintas dibenak kita adalah kemacetan, panas dan polusi. Bahkan aku pernah menemui beberapa orang turis asing yang mengatakan bahwa Jakarta itu kota yang tidak nyaman, terlalu padat penduduk dan kemacetannya parah. Waduh kemacetan Jakarta ternyata terkenal sampai ke manca negara. Sayang sekali ya.. padahal Jakarta memiliki banyak tempat menarik yang patut dikunjungi oleh wisatawan, baik manca negara maupun domestik. Salah satunya adalah Kota Tua. Bagi para pencinta fotografi, Kota Tua bukanlah tempat yang asing lagi. Tempat dengan nuansa Kota Jakarta tempo dulu ini, memiliki banyak spot-spot menarik untuk diabadikan. Jadi jangan heran kalau di tempat ini banyak kita temui para fotografer profesional yang sedang hunting foto atau melakukan sesi pemotretan, seperti foto pre wedding. Selain fotografer profesional, banyak juga fotografer amatiran yang hanya bermodalkan kamera saku dan hp, sekedar untuk memuaskan hasrat narsis dalam diri. Berhubung aku ini penganut paham narsisme, maka pastilah tempat ini takkan kulewatkan..hehe.. Berdua saja dengan suamiku, akhirnya kami memutuskan untuk menjelajah Kota Tua ini. Yuk ikuti perjalananku menyibak misteri Kota Tua! 

Museum Bank Mandiri

 
Ruang remang-remang
Tempat yang pertama kali kukunjungi adalah Museum Bank Mandiri. Saat masuk ke museum ini, aku disambut oleh pemandangan suasana bank tempo dulu, dengan ruangan luas dan langit-langit tinggi. Ruangan ini disokong oleh banyak pilar, yang semakin menambah kesan kokoh pada bangunan tersebut. Di bagian depan terdapat meja yang terbuat dari batu granit, meja ini memanjang di sepanjang ruangan, semacam meja teller yang membatasi antara nasabah bank dengan pegawai bank. Di langit-langitnya tergantung lampu-lampu gantung bulat yang memancarkan cahaya warna orange, yang memberikan kesan temaram dan eksotis. Sungguh sebuah seni arsitektur yang indah.
Tapi entah kenapa setiap berada di ruangan yang luas dan berlangit-langit tinggi seperti ini, aku merasa menjadi sosok yang kecil, dan ruangan ini seolah mengintimidasiku. Apalagi cahayanya remang-remang begini. Sepertinya patung-patung di museum ini mengawasiku. Kalau berada di tempat ini sendirian pasti serem juga. Duh.. kok jadi cerita horor begini -__-.



Noni Belanda berwajah asia
Ngecek simpenan
Selain menyimpan dokumen surat-surat berharga dan peralatan perbankan, museum ini memang memiliki banyak patung. Patung-patung ini sengaja dibuat untuk memvisualisasikan transaksi perbankan tempo dulu. Beberapa tokoh seperti petugas sekuriti, petugas bank, dan nasabah bank, ada patungnya di sini. Dan mereka ini sangat kooperatif untuk diajak berfoto.. hihi..










kerja yang bagus ya pak...
 
 Jalanan dan alun-alun Kota tua
 
sepeda di mana-mana...
Wuiih.. panas sekali! Makanya kalau mau jalan-jalan ke sini jangan lupa pakai sunblock dan bawa payung, kecuali kalau kamu memang ingin membuat kulit lebih eksotis, alias gosong *ngomong sama diri sendiri*. Tapi panasnya matahari tak menyurutkan langkahku untuk terus menjelajah.
Berjalan kaki di antara bangunan tua nan megah, seolah membawaku ke nuansa yang berbeda. Aku bisa merasakan kemegahan Kota Jakarta tempo dulu, dengan segala pesonanya. Tentu saja bangunan-
bangunan tua tersebut kini sudah berubah fungsi, beberapa masih dikelola sebagai tempat usaha, seperti toko, rumah makan bahkan studio foto. Namun banyak juga yang sudah tidak berpenghuni. Di pinggir bangunan tersebut banyak penjual makanan, tak ubahnya penjual makanan di Blok M, seperti penjual minuman, buah potong, batagor dan cireng. Pedagang-pedagang tersebut menurutku sedikit mengurangi pesona bangunan itu. Tapi kalau tak ada pedagang-pedagang itu pasti mulutku jadi kering sekali, tak bisa ngemil.. hehe. Masa’ mau ngemil harus ke restoran, boros bo’:D.
motor pinjeman

Kami sempat mencoba studio foto terbuka di jalanan itu. Murah kok, Rp 10.000 saja per foto disertai dengan CD. Enaknya foto di situ, sang fotografernya tidak pelit memotret, dia memotret kita dengan banyak pose, dan kita bisa memilih foto mana yang kita sukai. Dan di situ disediakan banyak properti yang menguatkan kesan tempo dulu, seperti mobil, motor dan sepeda jadul. Pas sekali dipadukan dengan background bangunan tua. Menarik bukan?

nongkrong dulu
numpang lewat
Panasnya Kota Tua ternyata cukup menguras energiku. Sementara suami asyik hunting foto, aku istirahat dulu ah, nongkrong di alun-alun Kota Tua sambil makan cireng.. priceless.. :D. Alun-alun ini dikelilingi gedung-gedung keren, seperti Museum Fatahillah, Museum Wayang, Museum Seni Rupa, dll. Di pinggirnya banyak penyewaan sepeda yang laris manis. Pengunjung Kota Tua ternyata banyak juga, bahkan banyak pula wisatawan manca negara. Sekedar duduk sambil mengamati tingkah polah para pengunjung, sudah cukup menghiburku. Apalagi disuguhi pose-pose narsis orang-orang yang heboh berfoto ria. Pokoknya tempat itu adalah tempat parade orang narsis.. hehe.

Bersambung.... *_^





Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berburu Benang Rajut di Pasar Asemka

Jenang Gulo.. Jangan Lupakan Aku

2 Tahun Lebih Kumeninggalkanmu