Pejuang Sastra dari Pelosok Banten #KPCI2014

Di sela-sela keriuhan acara pembukaan Konferensi Penulis Cilik Indonesia (KPCI2014), aku menemukan sebuah kisah di sana...

"Kenalin bunda, ini Pak Podi. Beliau ini kepala sekolah dari sebuah sekolah hebat loh. Sekolahnya ada di puncak bukit, di daerah Lebak Banten" kata Bu Lia, kepala sekolah anakku.
Sesaat aku masih mencerna apa maksud "hebat" di sini. Dibenakku kata hebat berarti punya kemampuan lebih dari yang lain. Dengan kata lain berprestasi. Tapi penjelasan Pak Podi membuat penafsiranku berubah.

Laki-laki setengah baya yang bertubuh tegap, berpenampilan rapi, dan bersahaja itu menjelaskan, "Sekolah kami ada di puncak bukit. Untuk kesana harus jalan kaki, karena tak ada kendaraan yang bisa mencapainya. Itupun jalannya terjal, sempit, berbatu-batu, dan licin. Apalagi kalau musim hujan, bakal rawan longsor. Untuk ke sekolah saja anak-anak kami harus susah payah".

"Ouuu... " gumamku setengah tertegun. Terbayang di ingatanku sebuah foto yang sempat marak di sosial media beberapa waktu lalu. Di sana tergambar beberapa anak sekolah yang harus menyeberangi jembatan yang hampir roboh untuk mencapai sekolahnya. Mungkin kondisinya mirip seperti itu. Aku pikir hanya sekolah-sekolah di pelosok luar Jawa yang seperti ini. Tapi ternyata di Banten, yang jaraknya masih dekat dengan ibukota negara, Jakarta, masih ada sekolah terpencil seperti itu.

Pak Podi melanjutkan kisahnya "Hanya ada 2 guru negeri yang bertahan di sana, saya dan 1 guru lagi. Sayapun saat dipromosikan jadi kepala sekolah di sana, banyak yang memprediksi paling lama cuma 3 hari saya bisa bertahan". Pak Podi tersenyum saat mengingat masa-masa itu. "Tapi alhamdulillah sampai sekarang saya masih bertahan" lanjutnya.
Penasaran aku bertanya "Apa yang bikin bapak bertahan?"
"Yah setelah saya banyak ngobrol dengan guru dan murid-murid, saya merasa saya bisa bertahan di sini. Apalagi salah satu murid saya berhasil masuk ke KPCI ini. Dia itu anak kampung banget, dari daerah terpencil. Ke pasar saja nggak pernah, apalagi ke kota besar seperti ini. Pasti agak membingungkan bagi dia. Beda sama anak-anak kota yang sudah biasa ketemu banyak orang. Murid saya itu belum pernah kemana-mana" kata Pak Podi.
"Sama sekali belum pernah kemana-mana?" tanyaku.
"Iya, sama sekali. Soalnya tempatnya memang sangat terpencil. Untuk ke tempat ramai, seperti pasar, kalau naek ojek, itu ongkosnya Rp 50.000 sekali jalan. Bolak-balik habis Rp 100.000. Itupun masih ditambah jalan kaki. Uang segitu pasti berat banget bagi mereka"

Benar kata Bu Lia, sekolahnya memang hebat. Dan hebatnya lagi, walaupun di daerah terpencil yang sangat minim fasilitas, namun muridnya bisa berprestasi tingkat nasional.

Setelah pertemuanku dengan Pak Podi, aku penasaran dan browsing di internet. Ternyata memang masih banyak sekolah yang kurang layak di daerah Banten. Dari gedung sekolahnya, lokasinya, dan fasilitas yang lain. Banyak tergambar gedung sekolah hanya dari bambu, dan 1 guru harus merangkap beberapa kelas. Banyak juga foto-foto perjuangan murid-murid untuk mencapai sekolahnya, dari melewati jembatan yang hampir roboh, melewati jalan yang terjal dan berlumpur, hingga mereka harus melepaskan alas kaki. Duuh, kalau aku rasanya nggak akan sanggup kalau harus melepas anak-anakku menempuh medan yang sangat berat begini hanya untuk ke sekolah. Mending home schooling aja deh.

Sangat miris melihat kenyataan seperti itu. Banten, banyak sekolah mewah di sana, tapi banyak pula sekolah miskin yang terpencil. Tampak jelas pembangunan yang tidak merata, padahal masih di daerah yang sama. Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini? Semoga semua pihak tidak menutup mata dan hati. Banyak anak-anak berpotensi di sana, anak-anak yang nantinya bisa mengubah nasib bangsa. Mereka berhak mendapat fasilitas pendidikan yang layak seperti anak-anak lain.

NB: Untuk Hidayat Nur Wahid, jangan pernah menyerah dengan mimpimu. Engkau anak Indonesia yang hebat dan berprestasi. Engkau seorang pejuang sastra Indonesia dari pelosok Banten. Teruslah berjuang dan berprestasi!

Comments

  1. Ngefaaannss ama Pak Podi... TOP!

    ReplyDelete
    Replies
    1. untung msh ada guru sperti beliau ya :)

      Delete
  2. Memang mengharukan sekaligus memberikan semangat buat anakanak sekolah di pelosok Indonesia. Mereka yang ke sekolah harus berjalan ber KM atau melewati rintangan berupa air sungai sudah biasa mereka lewatkan. Di Kalbar sendiri masih banyak anak anak sekolah di tempat terpecil. Untuk berangkat ke Sekolah saja harus copot alas kaki, dan berjalan menyusuri sungai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tadinya aku pikir yg ada kek gitu cm di daerah luar jawa aja loh. Etapi ternyata di pulau jawa, bahkan msh deket ama jakarta, msh banyak sekolah yg kondisinya parah. Harusnya semua fasilitasnya diperbaharui, agar lebih mudah dijangkau dan nggak membahayakan bagi anak2 untuk ke sekolah. Smoga pemerintah yg baru skrg, bisa mewujudkan itu.

      Delete
  3. luar biasa perjuangannya disana
    smoga lebih diperhatikan

    ReplyDelete
    Replies
    1. aminn.. smoga makin banyak yg peduli dan tergerak membantu mereka ya..

      Delete
  4. aku pingin banget ketemu Pak Podi...

    dan pak podi pak podi yang lain
    pingin banget....
    bisa menyerahkan bantuan pada orang orang seperti itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Elsa yg berhati mulia.. aku jg penasaran loh pengen kesana lgsg, ngrasain sndri perjuangan mrka itu, pasti ga mudah..

      Delete
  5. Padahal banten masih terhitumg dekat sekali dengan pusat penerintahan ys mbak,, yang dekat payah apalagi yang jauh mungkin akan lebih banyak lagi ya

    ReplyDelete
  6. perjuangannya sungguh sangaaat menyulitkan tapi patut di acungi jempol

    ReplyDelete
  7. Semoga fasilitas pendidikan semakin merata, ya :)

    ReplyDelete
  8. infonya sangat bermanfaat sekali gan, makasih. beritanya bagus dan sangat menarik sekali untuk di baca. Ijin share ya gan, thanks..

    ReplyDelete
  9. terima kasih atas informasinya. Sukses ya..!! Dan Terimakasih banyak telah berbagi informasnya, Semoga Makin Keren selalu untuk info beserta websitenya,,

    ReplyDelete
  10. Di tahun 2017 sekarang ini kira kira msh ada gak ya sekolah seperti itu??. Kadang kita ingin menyalurkan bantuan langsung ke Tkp agar bantuan yg di salurkan benar" sampai ke tangan yg membutuhkan.

    ReplyDelete
  11. Di tahun 2017 sekarang ini kira kira msh ada gak ya sekolah seperti itu??. Kadang kita ingin menyalurkan bantuan langsung ke Tkp agar bantuan yg di salurkan benar" sampai ke tangan yg membutuhkan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berburu Benang Rajut di Pasar Asemka

Jenang Gulo.. Jangan Lupakan Aku

2 Tahun Lebih Kumeninggalkanmu