Kejujuran yang Tergadaikan
“Ting!” sebuah sms masuk ke ponselku pagi itu. Ah, dari adikku. Kami memang tinggal terpisah. Dia masih di kampung bersama orangtuaku, dan aku mengadu nasib di Jakarta. Jadi komunikasi antara kami hanya lewat telpon dan sms, atau sekali-sekali lewat facebook. Dan tak lama kemudian mengalirlah sebuah percakapan antara kami melalui sms.
Adikku : “Mbak, hasil UNku jelek :(”
Aku : “Dah keluar hasilnya? Emang berapa aja nilainya?”
Adikku : “Udah. Yang bagus cuma bahasa Inggris ma bahasa Indonesia”
Aku : “Ya udah, ga usah disesali. Rata-rata masih 7 kan?”
Adikku : “Rata-rata 7,5. Itu 100% jujur, tanpa bumbu kunci. Aku berani bersumpah, nyawa taruhannya”
Aku : “Loh bukannya emang sudah seharusnya jujur. Jadi ya nggak usah disesali. Kamu dah melakukan yang terbaik, dan berusaha maksimal”
Ada yang aneh kurasakan saat dia mengatakan “100% jujur, tanpa kunci”. Bagiku kejujuran itu suatu keharusan. Dan menurutku tak perlu ditegaskan lagi tentang kejujuran di sini, karena aku yakin adikku pasti jujur. Tapi ternyata ada fakta lain yang cukup mengagetkan. Berikut sms lanjutan dari adikku.
Adikku : “Tau nggak mbak, temen-temen sekelasku pakai kunci semua, kecuali aku dan 2 orang temanku. Alhasil nilai kami bertigalah yang paling jelek”
Aku : “Weh! Kok iso entuk kunci toh? Darimana? Makin lama kok makin kacau aja negara ini. Anak sekolahan aja pada curang, gimana nanti kalau dah ngurus negara.. hadeeh. But I’m proud of you, karena nggak ikut-ikutan arus negatif”
Adikku : “Tengkyu mbak. Selama UN kami bertiga tuh kaya’ dikucilkan dan diasingkan. Hampir 85% anak SMA di tempatku pakai kunci. Semoga Allah mengampuni mereka”
Astaghfirullah, miris sekali mengetahui fakta itu. Bagaimana kecurangan sudah menjadi sebuah kebutuhan, dan tanpa malu-malu dilakukan secara berjama’ah. Bahkan banyak di antara pelaku kecurangan itu merasa bangga, dan mengucilkan teman-temannya yang jujur. Sepertinya ada yang salah dengan sistem pendidikan di negeri ini. Sepertinya ada yang salah dari para orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Seharusnya sikap dan mental yang baik adalah hal yang utama diajarkan dan ditanamkan. Bukan hanya mengejar nilai akademis saja.
Kejujuran seolah sudah tak ada artinya lagi, bahkan dilecehkan. Kejujuran sudah tergadaikan oleh angka. Hanya demi mendapat nilai bagus, mereka sanggup membutakan hati nurani. Seperti inikah potret sebagian generasi muda kita? Generasi yang akan memimpin negeri ini kelak.
Speechless
-___-
Padahal dulu jaman saya nggak ada kunci2an (atau saya yang nggak tahu?).
ReplyDeleteSemoga makin banyak anak yang jujur seperti adek mbak.
iya loh.. sama. jamanku jg ga da gt2an loh. Berarti skrg malah kemunduran ya
DeletePakai kunci jawaban? dapat dari gurunya atau gimana mbak? Kalau dapat dari gurunya, maka sebuah fakta yg sangat ironis dan fatal. Guru yg harusnya mengajarkan nilai luhur dan sportifitas justru memproklamirkan sah-sah saja mengggunakan jalur curang demi tujuan tercapai. Bahkan jika kunci tersebut di dapat dr luar pihak sekolah[guru] dan menjadi wacana umum tanpa ada tindakan apa-apa..Secara langsung sudah merupakan kemunduran moral pendidikan di negeri ini..#sok bijak neh jadinya
ReplyDeleteNah itu dia, aku jg heran. Masa' sih ga da pihak sekolah yg tau mslh ini. Ato emang sengaja pura2 ga tau, ato bahkan menutupi. Kalau memang begini berarti pihak2 ini turut berperan dlm kemerosotan moral anak negri.. #sok bijak jg
DeleteSekarang mah kejujuran sangat mahal harganya
ReplyDeleteudah jd barang langka ya
DeleteSebuah Ironi... ketika kecurangan sudah dianggap sebagai suatu hal yang biasa...
ReplyDeletesmoga kita ga ikut2 terbiasa
Deletehmmm....
ReplyDeletesudah bukan rahasia kalau kejujuran bisa dikatakan telah lenyap dari muka bumi bahkan mereka yg mengaku sebagai pengikut orang paling jujur, Al-Amin.
hmmm.. makin lama makin sedikit yg masih bertahan dgn kejujuran.. :(
Deletemereka yg bertahan juga akan kalah lama kelamaan...
Delete:P
hampir 85% jkumlah murid yg pakai kunci ? ck ckc ck .. jadi penasaran drmn mereka dapat kunci itu ya ?
ReplyDeleteiya.. moso' pake kunci bisa kompakan gt ya.. Aku jg penasaran
Deleterasanya kl sampai 85 % ada pihak lain deh yg ikut andil, apakah gurunya ?
DeleteAstaghfirullooh..
ReplyDeleteJadi inget perkataan seorang Da'i yang jika ana tidak salah ingat, seperti ini:
"Ketika di suatu negeri maksiat sudah dianggap biasa dan orang-orang tidak peduli bahkan mendukungnya bukan mencegahnya, maka tinggal tunggulah Azab dari Allah. maka Allah akan turunkan berbagai penyakit yang belum ada obatnya, maka negeri itu akan dilanda panas berkepanjangan, akan dilanda mahalnya barang-barang pangan (pokok)."
Mari didik dan ingatkan anak-anak kita untuk tetap Jujur. karena kebohongan adalah salah satu pangkal maksiat.
Mgkn para orang tua lengah dan lupa mengajarkan nilai2 moral, hingga kejujuran pun tak ada artinya lg. Semua pihak hrs instropeksi diri, krn jika tdk kemaksiatan bs berlanjut.
Deletesmakin ksini, karna yang dlihat adalah kisaran nilai bukan kisaran isi otak/pemahaman/ilmu...yaa, jadi beginilah
ReplyDelete:)
target mrka cm angka, apapun crnya, hingga smua cara dihalalkan. Pemahaman ilmunya nol..
Deleteyang penting adek kakak bisa lulus dengan jujur. bangsa kita lebih butuh orang seperti itu dibandingkan nilai bagus tapi hati ga jujur.
ReplyDeletesalam kenal yah kak. :)
I like...
Deletesalam kenal jg Audrey.. makasih ya.. smoga adekku ttp semangat, 'n ga tergoda melakukan hal2 yg melunturkan arti kejujuran, dan membutakan nurani.
Deletesahabat angga.. i like this comment jg :D
emang udah kayak hal biasa gitu mba, deket deket UN pasti hot thread nya tentang bocoran UN, banyak juga yang nawarin hal begituan, aku fikir rame dijakarta doang mba soal bocoran itu hehehheeeee..
ReplyDeletetapi selamat buat adenya yang udah lulus hehehhehee. apalagi gak pake nyontek, saluuuut mba :)
ouu.. gt ya. Jamanku ga ada kek gt2 sih *angkatan tua* :D
Deleteaku jg pikir di daerah msh jujur2 aja.. eh ternyata ga da bedanya ma Jkt. Moral.. oh moral.. emang tak pandang bulu ya.. hehe
makasiiiih.. ^^
ohhh yaa semalem aku baru liat foto anakmu mba di postingan yang lalu, ihiiiiii lucu-lucu hahahahhaahaaa
ReplyDeletesalam keren yo mbaaa \(O,o)/
hihihi.. ndut ndut ya.. :D
Deletesalam peluuuuk... ^^
duh miris bgt ya... Insya Allah kl kejujuran tetep kikta jaga pasti cepet atau lambat hasilnya akan berbuah manis... Salam utk adiknya ya.. Sukses selalu :)
ReplyDeleteiya.. amin.. makasih ya..
Deleteklo kita jujur, otomatis nglakuin apa aja hati jd tenang.
percuma nilai 9 atau 100 tapi kalau tidak jujur, dan kata Ratna Sarumpaet percuma dapat nilai Cumlaude & lulus cepat kalau tidak bermoral
ReplyDeletenah betul! org pinter tak bermoral malah bikin rusak dunia.. lbh berbahaya..
Deletesetalah aku baca2, postingan2nya sangat bagus, menarik dan bermanfaat,,terus menulis,,karena dengan menulis kita bisa mengembangkan imajinasi kita dan menjadikan kita lebih kretaif..serta kadang bisa menghibur orang lain.. ^_^
ReplyDeleteoia salam kenal
kalau berkenan silahkan mampir ke EPICENTRUM
folloback juga ya buat nambah temen sesama blogger,,tukeran link juga boleh,,makasih..^_^
makasih ya dah mampir kesini 'n baca2. Smoga kita bs ttp menulis ya.. Happy blogging ^^
DeleteSalam kenal jg.. aku sangat berkenan utk berkunjung balik 'n follow balik.. ^^
iya. Pdhl jujur itu kan bikin hati tenang ya
ReplyDeleteDijadikannya UN sebagai penentu kelulusan merupakan momok dan pemicu terbesar terjadinya kecurangan. Pihak sekolah membantu siswanya untuk mengerjakan soal-soal ujian, karena ndak ingin membuat malu sekolah kalau ada siswanya yang ndak lulus, mau diakui atau ndak memang faktanya demikian.
ReplyDeleteKalau jaman saya dulu, jarang banget siswa yang ndak lulus, kecuali bagi mereka yang memang bener-bener ndak ikut ujian. Berapapun nilai NEM tetap lulus, tapi dengan NEM jelek dia ndak bisa masuk sekolah negeri, bahkan NEM saat SMA ndak ngaruh apa-apa karena penentuan diterima di perguruan tinggi negeri dari hasil seleksi UMPTN (sekarang SNMPTN).
Berarti justru sekolahnya sndri mengkondisikan demikian ya. Masuk akal sih, krn dgn kecurangan yg dilakukan lbh dr 50% jml siswa, ga mgkn pihak sekolah ga tau. Miris sekali ya.
Deletekeknya jamanmu sama ma jamanku ya.. eh keknya kita 1 jaman deh.. hehe
ada selentingan kalo Mendikbud akan menjadikan nilai UN sebagai (salah satu) penentu diterimanya calon mahasiswa ke PTN. WHAAAAAAT? UN itu kan rawan bocor banget! Dan aku syok aja gt kalo UN yg thn ini masih bocor. lawong sekarang, soal UN per-kelas per-matapelajaran itu ada 5 paket. ya satu sama lain konten soalnya sama, tapi urut2annya berbeda. kok ya bisa bocor jg ya? apa para Joki itu menjual jawaban langsung paket ABCDE? duhhh.....
ReplyDeletewah jgn sampe deh nilai UN jd penentu masuk PTN. Kecuali klo bnr2 bisa dipastikan UN tuh bebas dari kecurangan.
DeleteKok bisa ya kunci UN bocor, gmn sih pengawasannya? ato emang sengaja dibocorin? ckckck.. makin ga bnr aja ya :(
iya mbak sytem telah membantu mereka-mereka untuk berbuat curang, begitulah karena tolak ukur hasil pendidikan hanya didasarkan angka matematis saja.
ReplyDeleteknp sih ya sistem ga bnr kek gini kok dipertahanin. Dibutakan oleh angka ya
Deletebila di dunia pendidikan saja kejujuran dipinggirkan, sungguh ini alamat yang nyata dari rusaknya pendidikan di negeri tercinta ini
ReplyDeletetapi, usahlah, semoga kita tidak termasuk orang yang merusaknya, semoga kita bersama keluarga termasuk orang yang menjunjung kejujuran; sebab ini termasuk bukti dari keimanan kita kepada-Nya.
betul mas, yg penting ga ikut2an. Dan smoga yg sudah terlanjur berbuat curang, bisa insap, dan memperbaiki kesalahannya
Deletesuatu kecurangan yang sudah tidak aneh, semua mau sukses bagaimanapun caranya. miris ya. :(
ReplyDeletengeblog dapet android, ikutan yuk!
Pdhl salah 1 kunci sukses itu kejujuran.
DeleteWalopun mrka bs sukses dgn cara curang, tp itu hanya kesuksesan semu saja
makasih kunjungannya.. :)
Deleteketika moral sudah tergadai..maka yang berbuat benar kan menjadi sasaran kesalahan...beginilah kondisi negara kita..dan semua yang terkait dengan dunia pendidikan seakan tutup mata tutup telinga tentang hal ini :)
ReplyDeleteiya ya.. jd kebalik2 posisinya.. yg berbuat benar mlh disalahkan.. memprihatinkan sekali negara kt ini
Deletesangat-sangat kecewa! itulah yang saya rasakan saat menerima sebuah pengakuan dari pelaku kecurangan. Ingin sekali mengangkatnya jadi sebuah tulisan, tapi teringat nasib yang dialami Prita, akhirnya niat itu saya urungkan.
ReplyDeleteTernyata di lembaga yang terkait langsung dengan moral bangsa ini, kejujuran sudah 'basi'. Astaghfirulloh!
wah sepertinya dimana2 kondisinya sama parahnya ya. Miris sekali.
Deleteeh smoga tulisanku ini aman2 aja ya.. Terkadang mengungkapkan kebenaran itu susah sekali, pdhl itulah konsidi yg sbnrnya
Apapun nilainya, bagiku nilai kejujuranlah yang paling utama. Mengajari anak2 utk tidak jujur, apalagi jika datang dari pihak sekolah, sama saja mengajarkan generasi muda menjadi calon koruptor berikutnya!
ReplyDeleteOklah dengan gak jujur, lulus UN. Lalu selanjutnya apa? nyogok masuk PTN? nyogok jadi PNS? nyogok dalam segala hal, gitu?
Mending klo dengan begitu, aku rela anakku gak lulus UN krn berbuat jujur, tapi punya masa depan!
iya betul say.. Sekali nggak jujur, biasanya akan berlanjut dg kecurangan lain. Krn mrasa baik2 aja bahkan diuntungkan dgn ketdkjujurannya. Mereka ngga sadar bahwa kelak mereka akan membayar kecurangan mrka itu.
Deletehm.. tulisan yg bagus mbk.. sesuai dgn realita skrg....
ReplyDeletembk, kunjungi balik blog-ku yah.... :-)
makasih pujian 'n kunjungannya.. :)
Deletesiap kunjungan balik.. :D