Lindungi Mereka
“Bagimu kata maaf sudah cukup untuk menghapus semua masalah, tapi bagiku kata maafmu tak mampu menghapus luka yang kau goreskan di hatiku”
Kalimat di atas bukan sebuah curhatan, tapi sebuah renungan. Terkadang kita secara sadar maupun tidak, sering mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuat orang lain tersakiti. Melakukan hal-hal yang kita anggap sepele tapi membuat orang lain terluka. Parahnya lagi semua itu kita lakukan terhadap orang-orang yang dekat dengan kita, terutama anak-anak. Mungkin bagi kita, orang dewasa, itu tak berarti apa-apa, dan masalah akan selesai begitu saja dengan mengatakan “Maaf ya..”. Tapi bagi anak-anak, perilaku yang menyakitkan hati itu akan terekam di memori mereka, dan selalu menghantui seumur hidupnya.
Dari obrolanku dengan Ibu Yayah Qomariyah, seorang pakar homeschooling, aku menemukan fakta bahwa stres di kalangan anak-anak, justru disebabkan karena ‘bullying’ yang dilakukan lingkungan terdekatnya. Dan pelaku bullying ini sering kali tidak menyadari bahwa apa yang telah mereka lakukan terhadap anak-anak ini bisa berdampak parah. Bullying bukan hanya berupa kekerasan fisik, tapi juga berupa kata-kata. Inilah yang sering terjadi.
Contoh kasus saja ada seorang anak yang mogok sekolah berbulan-bulan, bahkan keluar kamarpun tak mau. Setelah diusut ternyata anak ini trauma karena dia dipermalukan di depan umum oleh gurunya. Sang guru mengatakan dia tidak becus dan bodoh, di hadapan teman-teman sekelasnya. Betapa harga dirinya dihancurkan oleh orang yang seharusnya melindunginya, gurunya. Walaupun sang guru telah meminta maaf, tapi apakah masalah akan selesai begitu saja? Mungkin bagi sang guru iya, tapi bagi sang anak ternyata tidak. Anak ini masih saja trauma dan stres, bahkan dia trauma dengan segala bentuk ‘sekolah’.
Kasus lain bahkan lebih parah lagi. Si anak tidak hanya stres dan trauma, tapi gila. Ternyata selama di sekolah, teman-temannya sering mengejeknya. Itu tidak hanya terjadi sekali dua kali, tapi setiap hari, sepanjang tahun. Dan yang membuat kondisinya lebih parah adalah sang anak ini tidak punya teman untuk curhat, sekedar untuk melepaskan unek-unek. Teman-teman menjauhinya, kakaknya sibuk dengan urusannya, dan orang tuanya sibuk dengan pekerjaan, berangkat pagi pulang malam, dan tidak pernah menyempatkan diri untuk mendengarkan keluhan anaknya. Bisa dibayangkan betapa sepinya jiwa kecil ini, tanpa seorangpun yang peduli, padahal dia benar-benar butuh perlindungan. Akibatnyapun parah, dia tak lagi bisa membendung benturan-benturan yang datang bertubi-tubi, yang terlalu keras untuk jiwanya yang rentan.
Kasus-kasus di atas pasti membuat kita sedih dan miris. Dan sebenarnya aku pun pernah mengalami hal serupa walaupun tidak separah di atas. Aku ingat semasa aku kecil aku sering dikatai sebagai “anak cengeng” oleh orang-orang terdekatku, mereka itu saudara dan orang tuaku sendiri. “Anak cengeng” terdengar remeh bagi orang lain, tapi tidak bagiku. Bagiku sebutan anak cengeng adalah bentuk dari kerapuhan, ketidakberdayaan, ketidakbergunaan, dan kelemahan. Setiap aku bersedih, mereka bukannya menghiburku, tapi justru mengatakan aku cengeng. Dan itu sama sekali tidak mengobati, tapi justru memperparah rasa sedihku. Aku berpikir, kenapa di saat aku sedih tak ada seorangpun yang peduli, bahkan justru mereka mengejekku. Lebih buruk lagi aku justru termakan oleh sebutan yang mereka berikan. Aku semakin lama semakin percaya bahwa aku memang seorang anak cengeng. Padahal itu sama sekali tidak benar. Menangis adalah sebuah bentuk ekspresi, terutama untuk anak-anak. Dengan menangis akan membuat hati lebih tenang. Jadi apa salahnya dengan menangis? Sesuatu hal yang normal bahkan bisa jadi bahan ejekan.
Jadi teman-teman semua, mulai detik ini, mari kita coba menelaah kembali apa yang telah kita lakukan terhadap anak-anak kita, murid-murid kita, keponakan-keponakan kita, adik-adik kita, dan semua anak-anak di sekitar kita. Sudahkah kita melindungi, menjaga dan merawat mereka dengan sebaik-baiknya? Ataukah kita sendiri yang menghancurkan jiwa mereka? Di pundak merekalah akan kita titipkan masa depan negeri dan dunia ini. Dan membentuk generasi yang lebih baik ada di tangan kita. Jadi lindungilah anak-anak dari segala bentuk kekerasan.
Kalimat di atas bukan sebuah curhatan, tapi sebuah renungan. Terkadang kita secara sadar maupun tidak, sering mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuat orang lain tersakiti. Melakukan hal-hal yang kita anggap sepele tapi membuat orang lain terluka. Parahnya lagi semua itu kita lakukan terhadap orang-orang yang dekat dengan kita, terutama anak-anak. Mungkin bagi kita, orang dewasa, itu tak berarti apa-apa, dan masalah akan selesai begitu saja dengan mengatakan “Maaf ya..”. Tapi bagi anak-anak, perilaku yang menyakitkan hati itu akan terekam di memori mereka, dan selalu menghantui seumur hidupnya.
Dari obrolanku dengan Ibu Yayah Qomariyah, seorang pakar homeschooling, aku menemukan fakta bahwa stres di kalangan anak-anak, justru disebabkan karena ‘bullying’ yang dilakukan lingkungan terdekatnya. Dan pelaku bullying ini sering kali tidak menyadari bahwa apa yang telah mereka lakukan terhadap anak-anak ini bisa berdampak parah. Bullying bukan hanya berupa kekerasan fisik, tapi juga berupa kata-kata. Inilah yang sering terjadi.
Contoh kasus saja ada seorang anak yang mogok sekolah berbulan-bulan, bahkan keluar kamarpun tak mau. Setelah diusut ternyata anak ini trauma karena dia dipermalukan di depan umum oleh gurunya. Sang guru mengatakan dia tidak becus dan bodoh, di hadapan teman-teman sekelasnya. Betapa harga dirinya dihancurkan oleh orang yang seharusnya melindunginya, gurunya. Walaupun sang guru telah meminta maaf, tapi apakah masalah akan selesai begitu saja? Mungkin bagi sang guru iya, tapi bagi sang anak ternyata tidak. Anak ini masih saja trauma dan stres, bahkan dia trauma dengan segala bentuk ‘sekolah’.
Kasus lain bahkan lebih parah lagi. Si anak tidak hanya stres dan trauma, tapi gila. Ternyata selama di sekolah, teman-temannya sering mengejeknya. Itu tidak hanya terjadi sekali dua kali, tapi setiap hari, sepanjang tahun. Dan yang membuat kondisinya lebih parah adalah sang anak ini tidak punya teman untuk curhat, sekedar untuk melepaskan unek-unek. Teman-teman menjauhinya, kakaknya sibuk dengan urusannya, dan orang tuanya sibuk dengan pekerjaan, berangkat pagi pulang malam, dan tidak pernah menyempatkan diri untuk mendengarkan keluhan anaknya. Bisa dibayangkan betapa sepinya jiwa kecil ini, tanpa seorangpun yang peduli, padahal dia benar-benar butuh perlindungan. Akibatnyapun parah, dia tak lagi bisa membendung benturan-benturan yang datang bertubi-tubi, yang terlalu keras untuk jiwanya yang rentan.
Kasus-kasus di atas pasti membuat kita sedih dan miris. Dan sebenarnya aku pun pernah mengalami hal serupa walaupun tidak separah di atas. Aku ingat semasa aku kecil aku sering dikatai sebagai “anak cengeng” oleh orang-orang terdekatku, mereka itu saudara dan orang tuaku sendiri. “Anak cengeng” terdengar remeh bagi orang lain, tapi tidak bagiku. Bagiku sebutan anak cengeng adalah bentuk dari kerapuhan, ketidakberdayaan, ketidakbergunaan, dan kelemahan. Setiap aku bersedih, mereka bukannya menghiburku, tapi justru mengatakan aku cengeng. Dan itu sama sekali tidak mengobati, tapi justru memperparah rasa sedihku. Aku berpikir, kenapa di saat aku sedih tak ada seorangpun yang peduli, bahkan justru mereka mengejekku. Lebih buruk lagi aku justru termakan oleh sebutan yang mereka berikan. Aku semakin lama semakin percaya bahwa aku memang seorang anak cengeng. Padahal itu sama sekali tidak benar. Menangis adalah sebuah bentuk ekspresi, terutama untuk anak-anak. Dengan menangis akan membuat hati lebih tenang. Jadi apa salahnya dengan menangis? Sesuatu hal yang normal bahkan bisa jadi bahan ejekan.
Jadi teman-teman semua, mulai detik ini, mari kita coba menelaah kembali apa yang telah kita lakukan terhadap anak-anak kita, murid-murid kita, keponakan-keponakan kita, adik-adik kita, dan semua anak-anak di sekitar kita. Sudahkah kita melindungi, menjaga dan merawat mereka dengan sebaik-baiknya? Ataukah kita sendiri yang menghancurkan jiwa mereka? Di pundak merekalah akan kita titipkan masa depan negeri dan dunia ini. Dan membentuk generasi yang lebih baik ada di tangan kita. Jadi lindungilah anak-anak dari segala bentuk kekerasan.
yups... bener banget.. ini juga seperti yang saya baca pada bukunya Ustadz Fauzil Adhim....
ReplyDeletesaya juga merasakannya sampe sekarang masih minder deh
iya betul, bikin minder. Tak semua anak bisa cuek menghadapi ejekan. Malah banyak yg jd ga percaya diri krn ejekan2 itu, bahkan jd stres :(
DeleteKunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
ReplyDeletetetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D
makasih ya motivasinya.. 'n kunjungannya.. ^^
Deletesemangat!!
Kadang tanpa sadar [jadi habbit] untuk nge'bully...olok-olok, becanda, di sadari atau tidak bisa memberikan tilasan kesan yang berbeda-beda pada tiap anak[orang]. Bagi sebagian yang cuek mungkin no problem...tapi belum tentu bagi sebagian yang sensitif perasaan.
ReplyDeletebetul say.. mengolok2 anak/orang dgn dalih cuma bercanda, pdhl tak semua org bs nerima, bahkan mlh menimbulkan trauma..
Deletebetul sekali mbak, padahal tingkah laku nakal anak-anak adalah wajar dan itu bisa jadi merupakan apresiasi kreatif si anak, asal kenakalan itu tidak mebahayakan dirinya, kalau misal bisa mebahayakan harus bisa mencari cara yang bijak agar tidak mengganggu tumbuh kembang kejiwaannya, terima kasih ini
ReplyDeletesharing yang mengena dan penting
iya betul. Tak selayaknya anak2 ini diejek, dihina bahkan dikasih julukan yg negatif. Krn ini akan sangat membekas dijiwa mrka, dan jelas mengganggu tumbuh kembangnya. Krn julukan yg buruk membuat anak2 mrasa dirinya buruk pula.
DeleteWah iya mbak, kadang guru pun gak sadar kalau ucapannya bisa nyakitin anak anak.
ReplyDeleteMungkin baginya cuma sekedar bercanda, tapi hati anak anak siapa yang tahu...
hu uh say, mrka kadang terlalu 'keras' dlm berkomentar ke muridnya. Seharusnya memberikan motivasi, bkn mlh merendahkan.
Deletecocok Prih.....aku juga baru belajar nih...
ReplyDeleteaku jg belajar nih.. lewat postingan ini, aku mengingatkan diriku sndri..
DeleteSaling bercanda memang menjadi keseharian anak-anak, namun terkadang becandaan teman-temannya bisa melukai perasaan si anak, disitulah dibutuhkan peran orang-orang terdekat (terutama orang tua) untuk memberikan penjelasan bahwa apa yang teman2nya katakan tidaklah benar, sehingga mereka merasa diperhatikan dan menguatkan hati mereka :)
ReplyDeleteBetul kang Bejo.. eh mas seagate.. hehe
Deletemakanya sebagai orang tua kita hrs bnr2 memperhatikan kondisi anak2 kita, bkn hanya fisik saja, tp jg jiwanya. Menjadi sahabat bagi mrka, shg mrka nyaman 'n bs terbuka ke kt, terutama di saat menghadapi masa2 sulit.
nice artikel, i like this,,,
ReplyDeletethanks you.. ^_^
Deletebaca postingan ini jadi ingat sering ngebully keponakan sendiri T_T...
ReplyDeletemulai intropeksi diri nih
hayooo.. mulai skrg harus insap ya.. hehe
Deletekita memang sangat berpeluang utk ngebully org/anak lain, sadar ataupun tidak. Semoga tak terulang lg ya..
makanya jadilah orang tua yg siap...
ReplyDeletesiap berbagi kasih sayang, kelembutan dan kedamaian...
:)
btw, yg cowok, putrane mbak lucu,kayak pemain sinetron yg udah tua...
sapa ya lupa..
:P
betul sekali.. ternyata dihas bijaksana jg ya.. :D
Deleteweh.. msh bocah imut gt kok diblg kek udah tua.. hadeeh.. :P
Dulu, saya juga pernah down. Bukan karena kawan-kawan sekolah, bukan karena guru, melainkan justru karena keluarga dekat saya. Dan itu benar-benar parah. Di'jatuh'kan kawan masih belum apa-apa dibandingkan di'jatuh'kan keluarga dekat. Lebih menyakitkan.
ReplyDeleteNah itulah.. terkadang mlh org2 terdkt kita sndri yg menjatuhkan. Dan sayangnya mrka sering kali tak menyadari. Memang menyakitkan kalo org yg sehrsnya memberi kt dukungan justru mlh menjatuhkan.
DeleteTapi terbukti jiwa 'n mental Millati kuat, bs ttp bertahan. Semangat yaa.. !!
Kalau untuk orang lain saya jarang dan hampir tak pernah. Tapi kalau keluarga sendiri iya. Jadi mungkin perlu di perbaiki ya
ReplyDeleteiya.. emang kadang sering ga sadar, apalg ke keluarga sndri
Deletekarenanya di sekolah tempat saya mengajar, guru mesti lulus tes yg hasilnya ditentukan oleh si calon murid sendri.
ReplyDeleteapakah si anak menyukainya atau tidak
wah bagus bgt tuh. Jd murid mrasa nyaman ya dgn gurunya. Hrsnya semua sekolah ngadain tes kek gt ya
Deletememang kita di sarankan saling memaafkan,, tapi entah kenapa saya mengalaminya sendiri hal itu memang sangat berat.. dan sampai saat ini pun saya masih bingung apa yang harus saya lakukan saya maafkan atau bagaimana.. ya udahlah saya maafkan lewat hati saja..
ReplyDeleteyg penting hati kita sudah ikhlas.. dan tak ada dendam.. mnrtku itu udah cukup
Deletekayaknya gitu ya mbak...
Deletesaling aja lah...
ReplyDeletesaling menjaga ya..
Deletesaling mengerti memang lebih asik tuh.. hehe.. ^__^
Deletehehe.. iya :D
Deleteiya mbak selain sesering mungkin menjalin komunikasi yg baik dg anak2, sy juga selalu berusaha utk introspeksi krn siapa tau sy ada salah dlm mengasuh anak2 sy..
ReplyDeletebetul mbk, kadang2 kita ga sadar bicara agak keras ke anak2.. abis itu nyesel bgt deh. Smoga kedpnnya bs lbh baik ya, 'n anak2 makin nyaman ke kita
Deletesalam kenal mbak...thank u tulisannya membuat saya sadar dan mau berhati-hati saat berkata-kata engan si kecil....
ReplyDeletesalam kenal jg ya.. makasih dah berkunjung kesini..
Deleteyuuk.. sama2 instropeksi diri .. :)
ya,,itulah yang sering terjadi...spontanitas mengeluarkan kata ejekan tanpa memikirkan akibat-nya, sungguh ironi :)
ReplyDeletehu uh.. berdalih cm bercanda, pdhl bs aja itu menyakitkan bagi org lain
Deleteiya..dan sadar tidak sadar itu kan berbekas bagi si kecil
Deletebetul sekali
Deletebenar banget Bun..!, emank daya rekam/hafal anak2 sangat tinggi makax klo kita lirik di sekolah2 penghafal Qur'an itu semuax anak2 usia dini.., jd sangat diharapkan agar para org tua tdk salah dlm berucap cz itu akan membekas dlm memoryx... *smile
ReplyDeleteiya, apalg klo kata2 buruk/kasar itu dia dengar berkali2.. pasti bs berpengaruh buruk ke mentalnya. Jd lbh baik berkata2lah yg baik, dan memberi motivasi, bukan merendahkan
Deletethank you..
ReplyDeleteof course.. i'll follow u
i like ur blog too..
^^
Itulah gunanya ketika kita harus bersikap baik dan lembut kepada anak-anak. Karena anak-anak belum bisa menalar dengan baik apa yang dialaminya. Mereka cenderung menerima mentah, karena memang mungkin pikiran mereka masih belum sampai untuk mengalihkan perhatian.
ReplyDeletenah bnr tuh. Anak2 jg blm bs membedakan yg serius ato bercanda. Jd dgn alasan apapun jgn pernah berkata kasar ke anak2. Berbicara dan bersikap lembut kpd mrka, jg ngajarkan mrka kasih sayang :)
DeleteStop child abuse! Bukan hanya fisik tapi verbal juga!
ReplyDeleteWalaupun cuma bilang 'bodoh' itu udah berpengaruh ke anak, dan itu sudah termasuk kekerasan verbal.
Aku salah satu korban dan gak mau anak2 lain mengalaminya >_<
wah Mayya sayank ngalamin jg ya.. Syukurlah Mayya bs bangkit lg ya.. ga terlalu lama terpuruk.
DeleteSepertinya banyak yg ngalami 'child abuse' ya, walopun kadarnya berbeda2. Yg jelas itu bikin kita minder 'n sakit hati. Dan butuh perjuangan besar utk mengembalikan percaya diri kita.
Anak2 kita 'n anak2 lain jgn sampe mengalaminya..
wah ini yg namanya verbal bullying ya, ckckck.... lidah lebih tajam daripada pedang, memang. jadi masukan buat aku spy lbh berhati-hati dalam berucap saat sedang bercanda. krn ucapan adalah doa, dan doa akan kembali kepada yg mengucapkannya.....
ReplyDeleteiya, kita hrs lbh bs mengontrol ucapan, walopun cm bercanda, atopun krn emosi. Jgn sampe menyesal kemudian. Apalg sampe bikin org lain sakit hati..
Deletekhan banyak tuh ya anak anak yg trauma sepanjang hidupnya krn hal ini
ReplyDeletehu uh.. dikata2in sesuka hati, jd bahan ejekan.. apalg sampe dikucilkan.. sedih bgt ya.. pastilah bikin trauma :(
Deletesetuju... kita memang harus melindungi mereka sekuat tenaga :(
ReplyDeleteiya.. agar tak ada lg anak2 yg trauma dan tersakiti
Deletekalo ga kita siapa lagi?
ReplyDeletebetul.. betul.. :)
Deletemba ijin follow/137 salam kenal...
ReplyDeletediijinkan..
Deletesalam kenal juga..
makasih yaaa.. ^_^
hello..
ReplyDeletehv a nice day too..
i'll follow u
^_^
betul sekali, jgn sampe masa depan mereka rusak gara2 kekerasan masa kecil
ReplyDelete