Don't be Emotional
Beberapa hari yang lalu tiba-tiba aku menerima sms dari temanku “hoi! lo kemana aja sih? Ditelpon nggak diangkat, disms nggak dibales. Pas lo ada masalah, gue selalu ada buat lo, sekarang pas gue ada masalah besar kek gini, lo malah nggak peduli sama sekali. Lo nggak pernah nanyain kabar gue!”
Deg! Apa salahku? Setahuku aku sudah berusaha mendampingi dia, mendengar keluh kesahnya, memberikan saran jika dia minta, dan menjaga rahasianya. Apapun yang aku bisa akan kulakukan untuk membantunya menyelesaikan masalah. Tapi tiba-tiba dia bilang aku tidak pernah menanyakan kabarnya. Jadi usahaku selama ini tidak dia anggap? Apa semua yang aku lakukan buat dia tak berarti apa-apa?
Ups.. hampir saja aku terbawa emosi. Aku berusaha mengendalikan diri. Tak ada gunanya menyangkal kata-katanya, malah makin memperkeruh suasana. Aku berusaha mengerti perasaannya. Aku ingat aku pernah merasakan perasaan seperti itu. Di saat aku ada masalah atau sakit hati, aku sering merasa sendiri. Ingin berbagi ke orang lain, tapi sepertinya mereka tak bisa mengerti. Bahkan kadang aku merasa teman-temanku malah menghakimi dan menjauhi. Aku merasa diperlakukan tidak adil. Aku selalu berusaha membantu teman-temanku, tapi di saat aku butuh mereka, mereka justru menjauh. Ya, tentu saja itu hanya perasaanku saja. Maklum saat itu aku sedang galau, pasti hanya focus memikirkan diri sendiri saja, dan merasa diri ini yang paling menderita sedunia.
Kalau dipikir-pikir, rasanya tidak bijak jika aku menyalahkan mereka karena masalahku. Teman-temanku bukan diriku, mereka punya dunia sendiri, punya urusan sendiri, dan punya masalah sendiri. Mana mungkin mereka bisa memikirkanku setiap saat. Tak bijak pula jika aku menuduh mereka tak memperdulikanku. Tentu saja mereka peduli dan punya rasa simpati kepadaku. Tapi bukan berarti mereka selalu bisa membantuku. Seharusnya rasa peduli dan simpati itu sudah cukup memberiku semangat.
Seiring dengan berjalannya waktu aku makin memahami itu. Sakit hatiku dan masalahku, tidak bisa hilang dengan mengharapkan bantuan orang lain. Karena kadang malah berakhir kecewa. Berharaplah hanya kepada Allah :D. Tumben ya, aku bisa berpikir bijak.. hehe. Dari pengalamanku, sharing kepada teman yang dipercaya memang bisa meringankan beban, tapi pemecahannya tetap ada di tangan kita. Besar kecilnya masalah tergantung dari cara pandang kita, parah tidaknya rasa sakit hati tergantung bagaimana kita mensikapi. Jadi semua kembali pada diri sendiri. Aku selalu percaya, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Bukankah dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan? Dan setiap peristiwa pasti ada hikmahnya, walau aku sering terlambat menyadarinya.
“Jangan emosional..” saat seseorang mengatakan ini padaku, aku berpikir seolah-olah dia menyepelekan perasaan dan masalahku. Tapi sebenarnya tidak, justru kata-kata ini adalah kunci pengendalian diri. Tentu saja kalau benar-benar dilakukan. Emosi yang berlebihan sering kali menutup akal kita, hingga kita tidak bisa berpikir jernih. Bahkan masalah yang sebenarnya sederhana menjadi semakin rumit karena emosi yang berlebihan. Dan yang lebih parah lagi sikap emosional ini tanpa kita sadari sering membuat orang-orang terdekat kita sakit hati. Wah maaf ya, kalau kata-kataku jadi seperti menggurui. Semua ini untuk mengingatkan diri sendiri :D. So friends.. Don’t be emotional.. so you can think clearly and act wisely.. Dan satu lagi, fokuslah pada pemecahan masalah, jangan berlarut-larut ‘mencari sebab serta mencari alasan’ (red: diambil dari lirik lagunya Exist), apalagi mencari kambing hitam… :D
semuanya di bawa enjoy aja alias positif thinking. Itulah salah satu indahnya perbedaan.
ReplyDeleteThanks atas artikelnya ^_^
Yup.. betul sekali.. makasih ya sudah mampir.. ^_^
ReplyDelete